Aborsi merupakan prosedur medis yang dilakukan pada ibu hamil untuk mengakhiri kehamilan. Bagi perempuan, aborsi dapat berdampak sangat besar dari segi psikis dan fisik, baik untuk kehamilan yang diinginkan maupun tidak. Usai menjalani aborsi, umumnya perlu menjalani pemulihan baik dari segi fisik maupun mental.
Apa yang dirasakan setelah aborsi?
Aborsi dapat dilakukan secara medis dan operasi. Pada aborsi yang dilakukan secara medis, pasien akan mengonsumsi obat-obatan yang berfungsi untuk menghambat hormon kehamilan dan memicu kontraksi agar janin dapat keluar dari rahim. Sedangkan pada aborsi dengan tindakan medis atau operasi, metode yang digunakan antara lain dengan aspirasi vakum, dilatasi dan kuret serta induksi.
Efek samping yang dirasakan pada masing-masing metode berbeda-beda. Pada aborsi dengan obat-obatan, efek samping yang dirasakan antara lain:
- Mual dan muntah
- Diare
- Badan kelelahan
- Sakit kepala
- Pusing
- Badan berkeringat
Sedangkan untuk efek samping yang dirasakan setelah aborsi dengan tindakan medis di antaranya:
- Nyeri atau kram perut
- Perdarahan
- Nyeri pada payudara
- Badan kelelahan
- Mual dan muntah
Selain efek samping di atas, aborsi juga umumnya menyebabkan pasien mengalami flek darah selama beberapa minggu atau muncul gumpalan darah selama beberapa hari. Baik aborsi medis maupun aborsi dengan operasi juga meninggalkan rasa nyeri. Dokter biasanya akan memberikan obat-obatan yang membantu meredakan nyeri dan mempercepat pemulihan.
Pemulihan setelah aborsi
-
Pemulihan fisik
Masa pemulihan setelah aborsi tergantung dari efek aborsi yang dialami pasien. Untuk mengatasi nyeri kram dan kelelahan, pasien dianjurkan menjalani istirahat penuh dan menghindari kegiatan fisik yang menguras tenaga dan emosi.
Setelah aborsi, serviks atau leher rahim masih belum dapat menutup seperti semula. Hal ini menyebabkan pasien berisiko mengalami infeksi. Untuk meminimalisir infeksi, pasien tidak dianjurkan melakukan kegiatan berikut:
-
- Menggunakan tampon
- Melakukan hubungan seks
- Memasukkan sesuatu ke vagina
- Berenang
Sedangkan untuk mengatasi rasa tidak nyaman di perut seperti kram, pasien bisa memberi pijatan atau kompres hangat di perut atau punggung bagian bawah. Apabila ada gejala lain yang dirasakan seperti demam, pendarahan hebat, nyeri di perut yang tidak dapat dihilangkan dengan kompres hangat dan obat-obatan serta muculnya cairan dari vagina yang beraroma tidak sedap, Anda dapat menghubungi dokter untuk mendapatkan penanganan.
-
Pemulihan mental
Bagi perempuan, aborsi seringkali menjadi pilihan yang sulit dan menguras emosi. Sebagian dapat merasa lega karena telah menjalani aborsi, namun sebagian lagi dapat merasakan kesedihan mendalam. Hal ini merupakan reaksi yang wajar dialami setelah kehilangan.
Perubahan emosi ini juga dapat disebabkan oleh obat-obatan yang dikonsumsi untuk aborsi medis. Setelah aborsi, hormon progesteron dan estrogen akan menurun drastis sehingga menyebabkan perubahan suasana hati. Ketika sirkulasi hormon sudah kembali normal, maka suasana hati ibu akan kembali seperti semula.
Meskipun demikian, masalah emosi yang dirasakan setelah aborsi juga tidak dapat diabaikan begitu saja. Dilansir dari Medical News Today, aborsi sering dikaitkan dengan tingginya tingkat depresi, kecemasan, gangguan tidur dan masalah kesehatan mental lainnya. Orang-orang yang memiliki riwayat masalah mental juga memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami efek samping ini.
Untuk mengatasi masalah tersebut, beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:
-
- Mengambil waktu untuk beristirahat penuh
- Menghabiskan waktu dengan orang terdekat
- Melakukan hal-hal yang disukai
- Berolahraga
- Relaksasi atau meditasi
Apabila Anda masih dihantui rasa sedih, penyesalan, rasa bersalah dan beban emosional lainnya maka sebaiknya konsultasikan dengan psikolog atau psikiater. Terapis Anda dapat merekomendasikan jenis terapi yang tepat untuk membantu Anda mengatasi masalah emosional yang dihadapi.
Bagi perempuan, aborsi bukan hanya persoalan fisik semata. Apabila Anda mengalami keluhan setelah menjalani aborsi baik fisik dan mental, maka sebaiknya segera periksakan diri ke dokter, psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan.
- dr Nadia Opmalina